Hotel Bintang 4 di
kawasan Palabuhanratu sebagai
pilihan yang tepat untuk tempat mengisi liburan keluarga,untuk mengadakan rapat
dan yang lainnya.Sebagai tempat yang kondusif dengan ditunjang oleh berbagai
pasilitas lainnya,disamping memiliki kawasan pantai tersendiri dan di latar
belakangi oleh kawasan hutan cagar alam barang tentu Inna
Samudra Beach memiliki keunikan tersendiri.
Sebagai Hotel pampasan perang Jepang yang dibangun dan di
prakarsai oleh Bung Karno,merupakan hotel tertua di Palabuhanratu yang
tidak akan kalah dengan Hotel lain mengenai pasilitas dan pelayanan.Inna
Samudra Beach selalu siap menerima dan melayani para pengunjung
sebagai tamu Hotel dengan pelayanan yang prima karena "Anda Segalanya
Bagi Kami"
SBH adalah
suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dibangun tahun 1962 selesai akhir
tahun 1965, 3 bulan lebih cepat dari waktu yang direncanakan, yang belum
selesai adalah pembangunan restaurant terapung di depan hotel.
Biaya pembangunannya adalah dari dana Pampasan Perang Jepang sebesar + Rp. 660
milyar (uang rupiah lama) dan pelaksana pembangunannya PN Pembangunan Perumahan
dari Indonesia dan Taisei Kanko Kabushiki Kaisha LTD. dari Jepang.
SBH Dibangun diatas lahan seluas 60HA termasuk lahan untuk pembuatan lapangan
golf seluas 34,5 HA, tinggi bangunannya 32 meter, panjang 100 meter, lebar 13
meter, letak bangunannya memanjang dari timur ke barat bertulang beton dan
menghadap Samudra Hindia.
SBH Berkali-kali didesas desuskan akan dijual, tetapi karena hotel ini Asset
Pemerintah dan milik Bangsa Indonesia serta sebagai agen pembangunan serta
mulai menuju titik - titik cerah tingkat penghunian dan hasil pengusahaannya,
maka sejak tahun 1988 hotel ini diputuskan oleh pemegang saham tidak jadi
dijual.
SBH Merupakan ajang untuk pendidikan dan latihan tenaga - tenaga di bidang
perhotelan, industri pariwisata dan bidang usaha sejenisnya, kini Alumni SBH
tersebar di mancenagara.
SEKAPUR SIRIH "NGABUNGBANG" DI MUARA SUNGAI CISUKAWAYANA
Menurut cerita rakyat Tradisi “Ngabungbang” di muara sungai Cisukawayana
Palabuhanratu, sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, setiap tanggal 14
bulan Maulud tahun Hijriah, pada saat Bulan Purnama tepat jam 12.00 malam (jam
00.00).
Terutama para Raja dan pembesar kerajaan datang dari berbagai penjuru dengan
maksud mensucikan diri dan menyempurnakan ilmu kanuragan sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaan kepada kebesaran Sang Pencipta Alam Semesta.
Konon kabarnya Muara Sungai Cisukawayana dianggap mempunyai nilai magis yang
sangat tinggi, karena muara sungai Cisukawayana bermuara ke Laut Selatan.
Dimana Laut Selatan adalah wilayah kekuasaan Nyi Dewi Loro Kidul (legenda) dan
secara kebetulan muara sungai Cisukawayana keberadaannya ada di wilayah
kekuasaan Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran / Kerajaan Pajajaran.
PRABU JAYADEWATA atau SRI BADUGA MAHARAJA atau lebih popular dengan julukan
PRABU SILIWANGI, Raja Pajajaran I memerintah tahun 1482 – 1521 M. Beliaulah
yang mempersatukan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan menjadi Kerajaan
Pajajaran ( Jawa Barat ) termasuk Banten.
Raja Pajajaran Prabu Siliwangi terkenal sebagai raja yang : Agung,Luhung,Arif
dan Bijaksana, sehingga disegani oleh Raja – Raja se Nusantara. Beliau pulalah
yang pertama membuat Palagon / Pasanggrahan di Lembah Gunung Tangkil, diatas
kali Cipamali ( Petilasannya sekarang dibangun Hotel Inna Samudra Beach ) oleh
Ir. Soekarno – Presiden RI Pertama.
Pasanggrahan dibangun untuk menjemput para tamu dan tempat istirahat dalam
rangka persiapan mengikuti upacara Tradisi Ngabungbang, sekaligus rekreasi
menikmati indahnya Pantai Laut Selatan, tidak ketinggalan berbagai hiburan
tradisi untuk memeriahkan, umbul – umbul, janur dan obor menghiasi lokasi
jalannya upacara.
Dimulai dengan do’a bersama di pinggir pantai muara dipimpin oleh sesepuh /
pendeta Kerajaan. Selesai do’a dilanjutkan dengan labuh saji dan bunga sebagai
tanda Syukur kepada Sang Khaliq atas segala nikmat yang telah dikaruniakan /
dilimpahkan kepada umat manusia. Tepat jam 00.00 dimulai upacara Ngabungbang
dan sebagai penghormatan di awali oleh Prabu Siliwangi, mensucikan
diri,menyempurnakan ilmu yang dimiliki Sang Prabu. Setelah Sang Prabu selesai
melaksanakan Ngabunbang baru yang lain secara bersama-sama melaksanakan
Ngabungbang.
Selanjutnya selesai Ngabungbang Prabu Siliwangi duduk mengeringkan badan diatas
Batu Karut, kemudian diberi gelar “ Tambayan “. Selesai di Batu Karut lantas
Prabu Siliwangi melakukan meditasi di puncak Gunung Tangkil dengan di beri
gelar “ WALI SAKTI – KUDRATULLAH “. Selanjutnya Prabu Siliwangi melakukan
sholat Dzuhur di Sanghiang Tengah dan shalat Ashar di Bumi Cakrawala
Panguyangan dengan gelar “ GENTAR BUMI “. Selanjutnya naik ke puncak Gunung
Halimun dengan gelar “ SRI HIMUN HIDAYATULLAH “.
SRI BADUGA MAHARAJA Prabu Siliwangi wafat tanggal 13 Desember 1521 M dan
dikebumikan di Gunung Badigul Rancamaya.
Demikian cerita singkat Asal Usul Ngabungbang di muara sungai Cisukawayana dan
sampai sekarang secara turun temurun, tradisi Ngabungbang terus dilakukan oleh
sebagian masyarakat yang mempercayainya. Bahkan banyak orang sengaja datang
dari berbagai daerah untuk melakukan Ngabungbang dengan harapan mendapat
berkah. Syariat melakukan Ngabungbang Hakekatnya Allah SWT yang mengabulkan
permohonan setiap hambanya.
Pantai Laut Selatan (Palabuhanratu)
Pantai Palabuhanratu adalah sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di
selatan Jawa Barat. Lokasinya terletak sekitar 60 km ke arah selatan dari Kota
Sukabumi.
Pantai ini dikenal memiliki ombak yang sangat kuat dan karena itu berbahaya
bagi perenang pantai. Topografinya berupa perpaduan antara pantai yang curam
dan landai, tebing karang terjal, hempasan ombak, dan hutan cagar alam.
Karena tempat ini mempunyai daya tarik sendiri, Presiden Soekarno mendirikan
tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo Resmi. Selain itu, atas
inisiatif Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach Hotel, salah satu hotel
mewah pertama yang dibangun di Indonesia pada kurun waktu yang sama dengan
Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada "Sarinah", yang
kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari Jepang.
Fasilitas rekreasi
Selain hotel besar dan mewah Samudera Beach Hotel, di daerah ini terdapat pula
sejumlah hotel dan losmen kecil, Pondok Dewata resor adalah salah satu villa
mewah yang cukup laris dikunjungi wisatawan. Tidak berapa jauh dari Pantai
Palabuhanratu terdapat beberapa lokasi wisata lainnya. Pantai Karanghawu, yang
letaknya sekitar 20 km dari pusat kota Palabuhanratu, merupakan pantai karang
yang menjorok ke laut dan berlubang di beberapa bagian itu. Bentuk karangnya
lebih mirip tungku, dalam bahasa Sunda disebut "Hawu". Pantai-pantai
lain yang terletak di daerah ini antara lain adalah Pantai Cibareno, Cimaja,
Cibangban, Break Water, Citepus, Kebon Kelapa, dan Tenjo Resmi.
Sekitar 17 km dari Pantai Palabuhanratu terdapat sumber air panas di Cisolok,
yang airnya mengandung belerang yang tinggi dan berguna bagi kesehatan.
Di seputar Palabuhanratu, paling tidak ada sembilan titik lokasi untuk
berselancar, yaitu di Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja, Karang
Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng. Masing-masing
pantai mempunyai ombak dengan karakteristiknya sendiri.
Mitos
Masyarakat pantai selatan khususnya Palabuhanratu percaya adanya penguasa laut
selatan yaitu Ratu Kidul. Konon, ia adalah seorang ratu yang cantik bagai
bidadari. Di Laut Selatan - nama lain dari Samudra Hindia - sebelah selatan
Pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang besar dan
indah.
Pada bulan April biasanya masyarakat sekitar Palabuhanratu mengadakan ritual
upacara adat Hari Nelayan. Hari Nelayan dimaksudkan sebagai syukuran atas
rezeki yang telah mereka dapatkan dari hasil laut dan agar dijauhkan dari
bencana. Biasanya dalam upacara ini disediakan sesaji berupa kepala kerbau yang
nantinya akan dilarung ke tengah laut.